LEGILIMENTION

By Angela - June 27, 2020


Legilimention adalah singkatan dari Legiliemens Incantation (mantra legilimens) dari serial Harry Potter and The Order of the Phoenix, rapalan untuk mengakses isi pikiran orang lain, bahkan mengkondisikannya. Merapalkan legilimens terhadap objek dapat memperlihatkan potongan-potongan isi pikiran yang seharusnya hanya dimiliki oleh objek tersebut. Kemampuan mengakses pikiran orang lain memang tidak benar-benar ada di dunia nyata, namun dapat dilakukan jika objek degan senang hati meyampaikan apa yang dipikirkannya, salah satunya melalui tulisan. Blog ini mewakili isi pikiran penulis seputar pengalaman, isu-isu sosial, pendekatan sains, dan nilai-nilai kehidupan yang berangkat dari sudut pandang penulis serta hal yang melatarbelakanginya. Thus, pembaca berperan sebagai perapal legilimens sedangkan penulis adalah sasarannya. Pembaca dapat bertukar posisi dengan penulis, dalam hal ini penulis dapat pula mengetahui isi pikiran pembaca apabila Ia bersedia membagikannya di kolom komentar.

TaglinePoint of View” memiliki dua makna. Pertama, merupakan klaim bahwa tulisan dalam blog ini dibuat berdasarkan sudut pandang penulis yang didukung oleh data-data relevan. Kedua, sesuai dengan makna sudut pandang dalam sastra, tulisan bisa saja dibuat menggunakan sudut pandang orang pertama, kedua, maupun ketiga.

Logo legilimention terdiri dari pena bulu yang melambangkan upaya keras untuk menulis dan sketsa otak mengindikasikan objek perapalan legilimens, yakni isi kepala penulis. Kombinasi warna biru sebagai simbol ketenangan pikiran dan kemampuan berkomunikasi, serta warna hitam sebagai simbol kekuatan, independensi dan keberanian, merupakan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam setiap tulisan.

Mengapa menulis?
Berangkat dari dua quote sang maestro sastra, Pramoedya Ananta Toer:

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”

Dan

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”



  • Share:

You Might Also Like

0 Comment