Truth or Dare, Menyenangkan atau Mengerikan?

By Angela - June 29, 2020




Alat penunjuk yang berada di tengah sedang berputar dan mencari satu objek dalam lingkaran manusia yang terbentuk. Putaran alat tersebut semakin melambat dan akhirnya berhenti tepat menunjuk kepadamu. Sejak memutuskan untuk mengikuti permainan, kamu sudah tahu bahwa hanya ada dua pilihan; jujur (truth) atau menerima tantangan (dare). Jadi, kamu pilih yang mana?

Permainan Jujur Berani atau yang lebih populer dengan Truth or Dare (ToD) sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang, terutama di kalangan anak muda. Pengisi kekosongan saat berkumpul bersama yang idenya biasanya muncul dari satu orang saja, kemudian diikuti oleh banyak orang. Dari beberapa sumber, permainan ini ternyata sudah ada sejak tahun 1712, pada masa Yunani Kuno. Karena tidak membutuhkan peralatan yang mahal, memacu semangat, dan cukup dengan modal ide di kepala, wajar saja jika permainan ini tetap bertahan selama berabad-abad hingga sekarang. Saya yakin hampir semua orang yang membaca tulisan ini pernah memainkannya. Tapi, pernahkah kamu mendapat kejutan dari permainan ini?

Kejutan yang saya maksud biasanya muncul dari pilihan truth, ketika kamu mengetahui fakta bahkan rahasia dari orang tertentu yang terlibat dalam permainan. Untuk membuat orang tersebut memberitahukan informasi yang sesungguhnya, tentu harus diawali dengan memberi pertanyaan. Biasanya, pertanyaan ini tidak jauh-jauh dari kisah asmara, kejadian menarik atau pilihan yang sulit.
“Sudah punya berapa mantan?”
“Siapa yang kamu suka dari antara kita?”
“Waktu bermasalah sama si A, siapa yang duluan minta maaf?”
“Kamu pilih menikah dengan orang ganteng tapi miskin atau kaya tapi jelek?”
Dan banyak lagi pertanyaan serupa. Ada yang akhirnya menjadi lega karena telah mengungkapkan apa yang selama ini dipendammya, namun tidak sedikit pula yang justru membuat interaksi dalam kelompok tersebut jadi canggung setelah permainan, karena terungkapnya rahasia yang memang sebaiknya ditutup rapat dan tidak perlu diungkap.

Pilihan kedua adalah dare. Sejauh yang saya ingat, tantangan terberat yang pernah saya jalani adalah ketika harus meminta orang asing untuk berswafoto bersama saya. Meskipun malu, saya memberanikan diri dan akhirnya berhasil menyelesaikan tantangan dengan meminta salah seorang waitress Café yang dengan senang hati tersenyum manis ke arah kamera. Tantangan dalam permainan ini sangat beragam dan kadang tidak terduga. Lawan main bisa saja menantang kita untuk melakukan hal yang sederhana, konyol, hingga berbahaya.
“Makan 3 biji cabe sekaligus”
“Teriakkan nama orang di tengah keramaian”
“Berani menyatakan cinta kepada orang yang kamu suka”
“Ambil upil teman kamu lalu usapkan di pipi sendiri”
Dan masih banyak lagi. Permainan ini seru sekaligus berbahaya jika tidak diberi batasan. Ada beberapa kasus dimana ToD menimbulkan korban. Sebagai contoh, sekelompok anak yang menantang seorang temannya untuk menggunakan handsanitizer lalu menyulutkan api ke telapak tangannya dan bahkan di beberapa bagian tubuh hingga mengakibatkan luka bakar. Lebih parahnya, permainan ini dijadikan media pelecehan seksual oleh orang dewasa yang melibatkan anak kecil dalam permainannya, seperti yang terjadi di Midland, dimana anak berusia 11 tahun harus menerima tantangan untuk melakukan aksi seksual kepada lawan mainnya, seorang remaja bernama Sullivan, sesuai yang termuat dalam mrt.com . Sexual assault adalah salah satu kekejian yang dikecam oleh banyak pihak, terlebih bila yang menjadi korban adalah anak di bawah umur. Kejadian ini tentunya membuat kita semakin aware terhadap bagaimana sebaiknya kita cerdas dalam bermain dan tidak merugikan pihak tertentu.

Jika ditelusuri, Truth or Dare sebenarnya memiliki sisi positif dan negatif. Untuk sisi positif, tentulah permainan ini bisa membuat ikatan dalam kelompok menjadi lebih erat karena ada banyak hal yang terungkap kemudian diketahui bersama. Selain itu, melatih komitmen dan sportivitas adalah hal yang tak kalah penting. Sejauh yang telah saya lakukan, permainan ini selalu menyenangkan dan membuat keadaan semakin asik. Sisi negatif dari permainan ini hanya akan muncul apabila kita tidak tahu batasan.

Ada dua hal yang menurut saya bisa dilakukan agar tidak terjerumus ke dalam perangkap permainan ini. Pertama, kita harus mengetahui dengan siapa kita bermain. Saya memberi garis besar orang yang dimaksud, yakni orang waras. Mempertimbangkan karakter lawan main bukanlah suatu hal yang berlebihan tapi menunjukkan bahwa kita bijak. Kedua, beri batasan yang jelas terhadap kejujuran yang ingin diungkap maupun tantangan yang diberikan, seperti jaminan bahwa rahasia yang terungkap tidak boleh diketahui oleh orang lain di luar para pemain atau menyatakan dengan jelas bahwa tantangan yang diberikan tidak boleh bersifat merugikan. Hal ini harus disepakati sejak awal. Apabila permainan berjalan tidak sesuai kesepakatan, maka pihak tertentu boleh memilih untuk mundur dari permainan atau bahkan menghentikan permainan.

Jadi, sudah menentukan pilihan? Truth or Dare?!

  • Share:

You Might Also Like

0 Comment