Saya dan seorang teman masuk ke mobil sambil asyik
bercerita. Saat mobil bergerak perlahan, teman saya yang tadinya biasa saja
tiba-tiba mengeluh dengan wajah sedikit kesal. Ia menceritakan sekelompok
pegowes yang menghalanginya dalam perjalanan menuju rumah saya. Bukannya membuat barisan di bagian tepi jalan,
mereka malah berjejer sebanyak tiga orang sekaligus sampai ke tengah jalan sehingga menghalangi kendaraan lain. Teman saya berkendara di hari Selasa, jadi,
sudah jelas bahwa para pegowes ini menggunakan jalan seolah sedang mengikuti Car Free Day di hari Minggu. Jelas pula bahwa
para pegowea inilah yang melanggar hak pengguna jalan yang lain. Saya lalu menyadari,
belakangan sepeda memang sedang ngetrend dan
digandrungi oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Trend adalah salah
satu fenomena sosial yang mampu menggerakkan masyarakat untuk melakukan hal
yang sama secara bersamaan, kemudian memberikan kepuasan tersendiri kepada para
pelakunya. Jika ditelisik lagi ke belakang, sebenarnya sudah sangat banyak trend yang sering timbul tenggelam. Tamiya, Batu Akik, Vape, Pokemon Go, Es Kepal Milo, Dalgona Coffee, bermacam challenge di media sosial, TikTok, dan
sebagainya. Jika dibagi berdasarkan objeknya, mungkin akan ada belasan kategori
yang terbentuk. Saya lalu bertanya dalam hati, kira-kira siapa trendsetter alias pelopor suatu trend? Apakah mereka mengawali aksinya
dengan sungguh-sungguh atau sekadar iseng hingga diikuti oleh banyak orang?
Hal ini mengingatkan saya kepada istilah Sheeple yang dibahas di salah satu podcast BBC Learning English. Ada yang pernah mendengarkan? Sheeple adalah gabungan dari dua kata
Bahasa Inggris, yakni Sheep dan People. It describes people, who just like sheep, follow what other people do
or things that are trending. Dari
penjelasan kedua pengisi suara, saya memahami bahwa salah seorang dari antara
mereka memprotes penampilan temannya yang dinilai konyol, karena memaksakan
memakai topi di dalam ruangan, padahal bisa saja Ia kepanasan. Tapi, ia tetap
memakainya demi menjaga trend. Ia pun diberi julukan Sheeple karena mengikuti
apa yang dilakukan orang banyak tanpa memikirkan manfaatnya, layaknya domba
yang selalu berkerumun dan mudah digiring.
“Sheeple - It describes people who just follow the crowd,
without much thought. Basically, you are easy-led – like sheep!”
Saya tidak bisa memungkiri bahwa saya pun mengikuti trend tertentu. Saat masih kecil, saya
tidak pernah ketinggalan trend
permainan yang sedang booming. Jika
teman-teman saya bermain kelereng, saya akan ikut bermain kelereng. Jika teman
saya bermain layangan, saya juga tak mau ketinggalan. Jika teman-teman memiliki
kertas binder bergambar artis, saya
juga pasti meminta agar dibelikan untuk kemudian ditukarkan dengan milik mereka.
Satu trend yang selalu saya ikuti
adalah perkembangan Handphone. Mulai
dari Nokia biasa, Nokia X-press Music, Blackberry, Samsung, hingga Iphone.
Perkembangan teknologi jika diikuti memang tidak akan ada habisnya. Barulah
saat semakin berumur, saya menyadari bahwa mengikuti trend adalah hal yang sia-sia dan melelahkan jika tidak dibarengi
dengan manfaat jangka panjang bagi diri sendiri. Sadar untuk mengutamakan fungsi, bukan gengsi. Sebelum
mengikuti trend, alangkah bijaknya
jika kita bertanya dulu kepada diri sendiri “Seberapa baik pengaruhnya bagi
saya?” Karena tentu tidak semua trend
mengantarkan kita kepada hal baik dan justru mencelakai.
Masih ingat dengan KiKi Challenge? Sebuah trend dimana seseorang mengendarai mobil
sambil merekam aksi orang lain melalui pintu mobil yang terbuka, menari
sambil mengikuti laju mobil.
Kiki, do you love me?
Are you riding? Say you’ll never ever leave….
Dimuat dalam New York Post, ada satu kejadian di Iowa City,
dimana seorang remaja 18 tahun bernama Anna Worden yang sedang membuat Kiki
Challenge mengalami kecelakaan, sehingga harus ditangani di ICU akibat
pendarahan di otak, retak pada bagian tengkorak, dan terdapat gumpalan darah di
area telinga. Ada pula Pokemon Go yang sempat ingin diblokir oleh pemerintah,
karena beberapa pemain mengoperasikannya saat sedang berkendara, bahkan membuat
pemain memasuki area terlarang suatu instansi. Belum lagi jika membahas trend
vaping yang juga menimbulkan korban akibat ledakan alat elektrik yang digunakan,
serta menimbulkan penyakit saluran pernapasan. Jika kembali ke pembahasan awal
mengenai pegowes yang menggunakan jalan dengan tidak semestinya dan bahkan
bisa saja celaka, saya menyimpulkan bahwa tidak semua orang mampu berlaku bijak
dalam mengikuti trend. Banyak yang
sekadar ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan faktor keselamatan dan hal-hal lain
yang berpotensi merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Mengikuti trend
boleh-boleh saja, selama itu tidak menyiksa diri atau hanya menjaga agar tidak
dikatai kuper alias kurang pergaulan. Bertindak demikian tidak ada bedanya
dengan domba yang hanya mengikuti kerumunan tanpa kemampuan untuk mengontrol
diri sendiri. Think about the long term
impact. Either to keep up with the
trends or to just focus on your own way of life, the choice is all yours!
So, are you still a
sheeple?