An Hour with Rupi Kaur

By Angela - August 05, 2020

this was one of the first poems i wrote after some rather tough ...
Entah kapan pertama kali saya mengenal Rupi Kaur, salah seorang penyair yang saat ini saya kagumi. Yang saya ingat, sajak-sajaknya selalu tajam dan tepat sasaran. Karyanya yang pernah saya baca adalah Milk and Honey yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Tepat tanggal 31 Maret lalu, Rupi Kaur mengadakan Workshop Menulis Online melalui akun Instagramnya. Di workshopnya kali ini, Ia mengajarkan 3 item yang berkaitan dengan proses pembuatan puisi; Letter writing, List Poem, dan Sonnet (14 lines poem). Selama kurang lebih sejam, Rupi membimbing peserta dan memberi petunjuk penulisan. Saya mengikutinya dengan baik dan akhirnya menciptakan 3 karya sederhana yang akan saya perlihatkan satu-persatu.


Letter Writing

Pada bagian ini, peserta diminta untuk menulis surat kepada seseorang diawali dengan kata “I have been dying to tell you” dan nantinya diberi 10 kata acak untuk menyusun baitnya.

Dear Mom,
I have been dying to tell you
How life hits me in the face
Sometimes, I wake up in the middle of the night, crying,
Remembering how hard it is to struggle,
To recall bad memories

I never felt really “free”. I don’t know what the truly freedom is.
I am trapped in a box(1), so narrow, so hard to breath.
Those people who makes me cry, may now call me the peanut(2) who forgets its origins
Unlikely feeling blue as I feel right now, I need a green(3) view to calm me down, relax me, and bring me fresh circumstances.

Tik… Tok…
The clock(4) is ticking and I’m still here, I’m moving nowhere
You know, this might be as painful as when you pull out your fingernails(5)
Can I just lay down in a place full of soft cotton(6) to forget all this dam thing?
Feeling comfortable is all I need

If only I made this writing into a video(7), it might take 2 minutes
No blood(8), no anger, just silence. Silence and tears
How long do I have to hold this?

I want to be a wild horse(9). The one who run so fast energetically to any directions it wants to go.
Screaming, then running, then take a rest, eating, then running again.
Feeling free from all this burden.
Right back then, I finally have to back into the envelope(10).
Closed.
Pathetic.


List Poem
List poem adalah menuliskan 10 hal yang dapat saya bagikan kepada dunia.
A list of things I can share with the world
Experiences
Laughter
Insight
Money(?)
Words
Candies
Photographs
Hug
Favorite music
My “good listener” talent


Sonnet (14 lines poem)
Yang terakhir adalah Sonnet, sebuah puisi yang terdiri dari 14 baris. Di sesi ini Rupi mengajak peserta untuk memilih satu benda apapun, lalu menulis puisi dari sudut pandang orang pertama, yakni benda yang dipilih tadi. Saya memilih lilin yang kebetulan ada di dekat saya. Dalam proses menulis Sonnet, Rupi memberikan beberapa pertanyaan. Jawaban dari pertanyaan itulah yang nantinya akan menyusun setiap baris puisi.

Pertanyaan pertama adalah “Who are you?
Saya lalu menjawab demikian:
I am a candle. I am mostly white. I can melt down when heated
I am feeling so useless if no one lights me up for a long time
I used to be at church, prayer room, and better in darkness. Yeah, I feel much more worth in darkness

I am used with 3 important things. Lighter, smoke, and fire
I dream to be use every day when someone meditate in silence, or just release their anxiety
I worry when I am used too often, I could disappear

I want everyone to think that I bring peace in darkness, bring them joy and hope
I awake at night when someone light me up
I melted down by hearing a lot of prayers, gratitude, hope, deep thoughts

I can burn everything around me, I can create a huge damage of fire
My favorite thing at night is when I become the only source of light
My point of life is to light up the darkness
I want people to remember me as the light of the world


Saya tidak menyangka dalam waktu kurang dari sejam, saya mampu menghasilkan tiga puisi sekaligus. I never expect I would be that great. Meskipun masih banyak kekurangan, saya merasa karya saya jauh di luar ekspektasi saya sendiri. Kalau bukan karena Rupi Kaur, tulisan ini tidak akan pernah ada. She is so precious. My fullest gratitude to her!

  • Share:

You Might Also Like

0 Comment